Cerpen Seru: Langit Yang Membuka Bab Baru
Angin malam mendesis lirih di antara reruntuhan istana, seolah berbisik tentang masa lalu kelam yang coba dilupakan Lianhua. Dulu, ia adalah putri kesayangan, dihiasi sutra termahal dan pujian setinggi langit. Sekarang, debu dan abu adalah gaunnya, dan kesunyian adalah temannya. Cinta dan kekuasaan, dua sisi koin yang sama, telah merenggut segalanya. Bai Long, sang pangeran yang ia cintai, telah mengkhianatinya demi tahta, membiarkannya menyaksikan kematian keluarganya dan kehancuran kerajaannya.
Lianhua, yang berarti "Teratai Anggrek," nama yang ironis mengingat ladang teratai di istananya kini dipenuhi onggokan mayat. Namun, teratai memiliki akar yang kuat, tumbuh di lumpur dan mekar di tengah kotoran. Begitu pula dengan Lianhua. Ia mungkin patah, tapi ia TIDAK hancur.
Bertahun-tahun ia habiskan untuk menyamar, belajar bela diri dari para biksu gunung, menyempurnakan strategi perang dari para jenderal pengasingan. Wajahnya yang cantik, dulu dipuja, kini tertutup kerudung, menyembunyikan tatapan dingin yang mampu membekukan hati. Luka-luka masa lalu telah menempanya menjadi baja, tapi di balik lapisan keteguhan itu, masih tersimpan sepercik kelembutan, seperti embun pagi di kelopak bunga yang terluka.
Balas dendam bukan api yang membakar amarah, tapi es yang membekukan keadilan. Lianhua tidak berteriak, ia BERBISIK. Ia tidak menyerang, ia MERAYU. Ia tidak menghancurkan, ia MEMANIPULASI. Kekuatan Bai Long, yang dibangun di atas darah dan pengkhianatan, perlahan-lahan runtuh di bawah rencananya yang terencana dengan sempurna. Satu per satu, sekutu Bai Long berbalik arah, pasukannya melemah, dan kekayaannya menguap.
Lianhua, dengan tenang, seperti seorang pemain catur ulung, menggerakkan bidak-bidaknya di atas papan takdir. Setiap langkahnya diperhitungkan, setiap kata yang diucapkannya adalah racun yang manis. Ia melihat Bai Long semakin terpuruk, terperangkap dalam jaring yang ia rajut sendiri. Tidak ada teriakan, tidak ada air mata, hanya KEHENINGAN yang mematikan.
Saat Bai Long berlutut di hadapannya, memohon ampunan, Lianhua membuka kerudungnya. Cahaya bulan menyoroti wajahnya yang pucat, mata elangnya yang menusuk. "Dulu, aku percaya pada cinta dan kesetiaan," bisiknya, suaranya sedingin es. "Sekarang, aku hanya percaya pada KEKUATAN."
Ia tidak membunuh Bai Long dengan tangannya sendiri. Ia membiarkannya hidup, terbebani oleh rasa bersalah dan kehancuran yang abadi. Ia membiarkannya menjadi saksi bagaimana kerajaannya dibangun kembali, lebih kuat dan lebih adil dari sebelumnya, di bawah kepemimpinannya.
Lianhua berdiri di balkon istana, memandang langit yang kini cerah, seolah membuka babak baru dalam sejarah. Bunga-bunga teratai bermekaran kembali di taman, menebarkan aroma manis yang membangkitkan kenangan, tapi bukan lagi kenangan pahit. Itu adalah kenangan akan kekuatan, ketahanan, dan kebangkitan.
Dan pada akhirnya, sang teratai yang patah telah membuktikan bahwa bahkan di medan perang sekalipun, kecantikan sejati dapat ditemukan, bukan dalam kelembutan yang rapuh, tapi dalam kekuatan yang tak tergoyahkan… Dan ia menyadari, tahta yang sebenarnya adalah ia mampu mengendalikan takdirnya sendiri.
You Might Also Like: Agen Kosmetik Bimbingan Bisnis Online